Oleh: Lamadi de Lamato, SE MBA
Presiden Buton Action Network, USA
"Bepergianlah Anda bila usia masih dikandung badan". Ungkapan itu saya maknai punya frase pergilah merantau selagi masih muda. Sebagai bangsa perantau, merantau sangat ditekankan dalam hidup orang Buton.
Sudah hampir 30 tahun saya menghabiskan perjalanan dalam umur saya dengan merantau. Seolah seorang pelajar, saya diberi kesempatan membaca banyak hal dari yang saya temukan di perantauan.
Bermula membaca hidup kompetisi masa kecil di terminal Ambon, lalu membaca perang di negeri Timor Leste berlanjut membaca kehidupan hedonisme individu di Kota Jakarta dan seterusnya.
Lembar demi lembar buku perantauan saya baca dan saya resapi hingga di pertengahan umur saya. Kata kitab suci, umur 35-40 tahun sebagai tanda rambut putih akan tumbuh. Usia ini disebut sebagai usia seseorang "baliq" dan bijaksana.
Masa Depan Buton di Dunia
Seandainya betul bahwa usia 40-an tanda seseorang sudah bijaksana, maka jiwa perantau saya tidak sia-sia. Semua masa-masa merantau saya seolah benang merah yang saling terkait.
Ketika berada di USA sebagai perantau, saya menemukan banyak hal tentang masa depan Buton di dunia. Belum lengkap rasanya Buton disebut bangsa perantau bila ia tidak ada di Amerika, Eropa dan benua-benua lain.
Ketika di Amerika, termasuk memiliki beberapa teman di Swedia, Spanyol, Canada, Irlandia, Portugal dan lain-lain, saya menemukan tanda kehidupan masa depan yang luar biasa bagi orang Buton di sana.
Di Canada dibutuhkan warga negara baru sebanyak ratusan ribu pekerja yang dalam waktu 2 tahun bila ia tertarik mereka akan diberi green card (penduduk negara itu). Gaji pekerja di negara itu sebanyak 12 juta rupiah mata uang Indonesia.
Belum di negara-negara lain di atas. Ketika bicara kesejahteraan, orang Buton yang mengambil peluang itu sudah pasti akan sangat beruntung sekali.
Atas dasar itu, Buton Action Network yang saya dirikan tahun 2018 di New York selain mempromosikan kebudayaan dan sejarah di PBB, peluang itu juga sangat bagus saya ambil.
Untuk itu blue print saya ke depan, saya akan membuat beberapa kantor cabang Buton Action Network di AS, Swedia, Irlandia, Inggris, Australia, dan lain-lain. Ide ini tidak mudah tapi bisa saya wujudkan dengan berpartner dengan sahabat saya dari negara Timor Leste, AS dan Swedia.
Saya akan nebeng membuat kantor jasa money transfer di beberapa negara dengan memanfaatkan pekerja Timor Leste di negara-negara di atas. Setiap kantor money transfer, disitulah ada kantor Buton Action Network.
Sahabat saya, teman sesama aktivis di Timor Leste ke depan Insya Allah ia akan jadi perdana menteri generasi kedua setelah Xanana, Mari Alkatiri dan Ramos Horta.
Di negara-negara di atas ada ratusan ribu pekerja yang mengadu nasib di sana. Di antara mereka dahulu adalah pekerja di Indonesia dengan gaji 2 jutaan. Saat ini ketika kerja di eropa, gaji mereka 40 juta per bulan.
Jika Buton Action Network berdiri di beberapa negara, saya juga ingin berpikir demikian. Saya ingin merekrut pekerja dari bangsa saya untuk bekerja di negara-negara maju.
Dengan cara itu, merantau yang identik dengan orang Buton bukan lagi sekedar kebanggaan tapi ada misi besar bersama yang harus bisa kita ciptakan 100-200 tahun mendatang.