SURUMBA.com - Telah menjadi agenda mingguan, setiap hari Jumat, Pj Bupati Buton, Basiran, menggelar Ngobrol Pagi Warga Bareng Basiran (Ngopi Wa Engran).
Dan di Jumat kemarin (30/09/2022), topik yang diangkat masalah pertanian dan perikanan di Buton.
Pada kesempatan tersebut, dipandu Sekda Buton, Asnawi Jamaluddin, sejumlah petani dan nelayan menyampaikan aspirasinya, di Alun-alun Takawa, Pasarwajo.
Ngopi Wa Engran tersebut juga disiarkan secara live streaming oleh Diskominfo Buton, sehingga warga yang tidak sempat hadir dapat berpatisipasi via online.
Samriah, warga Kelurahan Holimombo, mengaku senang dengan pertemuan tersebut. Wanita yang berprofesi sebagai pedagang ikan itu, menyoroti pembagian bantuan nelayan berupa armada penangkap ikan, yang menurutnya tidak merata.
"Permasalahan bantuan Bodi (Perahu motor-red) yang tidak kena sasaran, menurut kami nelayan ini. Jadi kami minta Dinas Perikanan Kabupaten Buton untuk mendata warga nelayan secara terbuka,” usul Samriah.
Menanggapi hal tersebut, Kepala Dinas Perikanan Buton, Rasmin Rahman, mengaku, bahwa selama ini pihaknya belum menerima laporan soal bantuan yang tidak tepat sasaran tersebut.
“Kami juga melakukan verifikasi aktual supaya yang tidak tepat sasaran itu tidak terjadi lagi. Dan tahun ini kita ada pengadaan jumbo, toll box. Ibu masukan saja proposal kebutuhan jumbo, toll box dan ember, nanti kalo barangnya ada, akan kami verifikasi," kata Rasmin.
Rasmin juga menanggapi pertanyaan netizen yang bertanya via online yang menyinggung soal koperasi nelayan.
"Menyangkut koperasi nelayan, sampai saat ini sudah terbentuk 34 koperasi nelayan, tersebar dari Kapontori sampai Wabula. Tetapi sebagian aktivitas koperasi tidak berjalan sesuai harapan dengan koperasi pada umumnya. Ada juga orang membentuk koperasi hanya untuk mendapat bantuan dengan menggunakan nama koperasi nelayan juga," tutur Rasmin.
Sementara di sektor pertanian, Ilianca, Ketua Kelompok Tani Kelurahan Pasarwajo, menyampaikan aspirasinya perihal tanah pertaniannya yang telah digusur. Sehingga membuatnya tidak bisa lagi bercocok tanam.
"Kendala dari pada anggota kelompok kami di Pasarwajo ini, sekarang tanahnya sudah digusur. Jadi yang kami minta hanya satu, tolong pemerintah memikirkan bagaimana keberadaan kami Kelompok Pasarwajo, 6 kelompok ini yang kurang lebih anggotanya 100 orang supaya bisa diperhatikan Pak. Karena lahan yang tergusur itu adalah lahan pemerintah. Kami mohon pertimbangannya, apakah bisa diusahakan lahan atau dialihkan profesi kami diusahakan modal untuk berdagang atau bagaimana,” ujarnya.
Menanggapi hal itu, Ma’mul Djamal, Kepala Dinas Pertanian Buton menjelaskan, kelompok tani yang ada di Kabupaten Buton berkisar 400 kelompok atau berkisar 10.000 orang. Setiap kecamatan dibangun Balai Penyuluhan Pertanian (BPP) sebagai lembaga atau tempat koordinasi antara petani dan petugas Penyuluh Pertanian.
Dinas Pertanian juga telah melakuklan pembinaan pada kelompok-kelompok tani. Oleh karena itu kami menginformasikan kepada masyarakat yang belum tergabung dalam kelompok tani supaya masuk dan membentuk kelompok tani sehingga memudahkan koordinasi.
"Kami memberikan edukasi dan informasi lewat pertemuan setiap minggu. Tiap BPP, tiap bulan untuk memberikan informasi yang terbaru tentang kegiatan apa yang ada di pertanian," jelas Ma’mul.
Usai ngobrol bareng tersebut, Dinas Perikanan Buton menyerahkan Penyerahan Kartu KUSUKA kepada para Nelayan. Kartu Pelaku Usaha Kelautan dan Perikanan (KUSUKA) tersebut diserahkan langsung Sekda Buton mewakili Pj. Bupati Buton.
Kartu KUSUKA merupakan bukti profesi atau pekerjaan pelaku usaha dan basis data untuk mempermudahkan perlindungan dan pemberdayaan pelaku usaha. Kartu KUSUKA juga bisa jadikan sebagai Kartu ATM dan bisa digunakan untuk menabung. (Din)