SURUMBA.com - Aksi yang dilakukan sekelompok penolak tenaga kerja asing (TKA) dengan menginjak-injak dan membakar boneka "pocong" Gubernur Sulawesi Tenggara, Ali Mazi, dinilai sebagai tindakan tercela dan bukan cara-cara aktivis pro demokrasi (prodem).
Direktur AMAN Center, Laode Rahmat Apiti, melalui siaran pers menyatakan, cara yang dilakukan sekelompok penolak TKA merupakan perbuatan tidak humanis dan penjurus pada penghinaan. Membakar “pocong” Ali Mazi sama dengan memancing kerusuhan sosial. Ali Mazi sebagai gubernur juga memiliki keluarga, kawan, sahabat, serta kolega, yang tidak menerima tindakan ini.
"Ini harus diberi pelajaran khusus," tegasnya.
Dia menyebut tindakan tersebut merupakan cara-cara yang menyimpang. "(Makanya) identitas dari otak intelektual sudah kami kantongi, beserta alamat rumah dan kantor tempatnya bekerja".
Atas itu, atas nama AMAN Center, Laode Rahmat Apiti memberi tiga pilihan kepada aparat Kepolisian untuk menyelesaikan persoalan ini, yakni:
- Menunggu pelaku menyerahkan diri ke Polisi.
- Polisi menangkap mereka.
- Keluarga dan para pendukung Ali Mazi yang akan menyeret mereka ke Kantor Polisi.
"Kami meminta kepolisian bertindak secepatnya, jangan nanti terjadi kerusuhan sosial baru bertindak. Tindakan taktis kepolisian kami tunggu 1x24 jam. Bila tetap adem ayem, maka pelaku akan kami seret sendiri ke Kantor Polisi. Jangan salahkan para pendukung bila ada tindakan anarkis," ancamnya.
Terakhir, dia menegaskan, bila hari ini ada aksi demontrasi dari pendukung Ali Mazi yang marah atas aksi pembakaran “pocong” Ali Mazi, itu adalah hal yang wajar. Sebab hal ini sebagai dampak dari lambannya Kepolisian bertindak.
"Kami meminta kepolisian jangan bertindak nanti setelah ada jatuh korban. Kepolisian harus segera bertindak," tandasnya. (adm)