Tingkatan Kualitas Jalan Nasional, Kementerian PUPR Gunakan 42.000 Ton Aspal Buton

Launching penggunaan Aspal Buton di salah satu daerah di Indonesia. (Foto: Ist)

SURUMBA.com - Pemanfaatan Aspal Buton (Asbuton) sebagai tuan rumah di negeri sendiri perlahan mulai dilirik pemerintah pusat.

Dalam pekerjaan preservasi dan pembangunan jalan sepanjang 793 km tahun ini, Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat (PUPR) menggunakan sekitar 42.000 ton Aspbuton yang tersebar di 25 provinsi.

Menteri PUPR, Basuki Hadimuljono mengatakan, pemanfaatan Asbuton dalam membangun dan menangani jalan merupakan bagian dari pelaksanaan kebijakan penggunaan produk dalam negeri.

Peningkatan dan pembangunan jalan sendiri bertujuan untuk memberikan kelancaran, keselamatan, keamanan, serta kenyamanan perjalanan para pengendara.

“Kondisi jalan yang semakin baik tentu akan mampu menunjang perekonomian masyarakat," kata Basuki dikutip dari Investor Daily, Jumat (Oktober 30, 2020).

Menurut dia, Asbuton dari sisi teknologi tidak sama dengan aspal minyak. Karenanya, PUPR pun terus mengembangkan teknologi Asbuton baik dari sisi jaminan kulitas maupun terknik penghamparan, di antaranya Cold Paving Hot Mix Asbuton (CPHMA), Lapis Penetrasi Macadam Asbuton (LPMA), campuran beraspal dengan Asbuton, Butur Seal, Cape Buton Seal dan Asbuton campuran aspal emulsi.

Hingga kini, progres pemanfaatan Asbuton tahun anggaran 2020 sebesar 80 persen. Salah satunya digunakan di jalan Provinsi Sulawesi Tengah sepanjang 173 km.

Asbuton memiliki potensi pemanfaatan per tahun sebesar 167.182 ton. Artinya, 25 persen akan diserap untuk peningkatan dan pembangunan jalan nasional, selain aspal karet.

Panjang jalan yang ditangani dengan overlay setiap tahun untuk jalan nasional diperkirakan mencapai 1.120 km, jalan provinsi 220 km, dan jalan kabupaten 1.822 Km.

Teknologi pemanfaatan Asbuton yang populer digunakan adalah CPHMA. Ini merupakan produk campuran beraspal siap pakai.

CPHMA memiliki beberapa keunggulan dibanding dengan campuran sejenis antara lain konstruksi perkerasan yang lebih merata dan homogen serta kerataan permukaan yang lebih baik.

Pencampuran dilakukan secara pabrikasi, kemudian didistribusikan dalam bentuk kemasan dan selanjutnya dihampar dan dipadatkan secara dingin (pada temperatur udara). Teknologi ini bermanfaat untuk pembangunan jalan di daerah terpencil dan pulau-pulau kecil yang tidak memiliki akses ke alat pencampur aspal (Asphalt Mixing Plan, AMP).  

Sumber: Investor.id

Bagikan:

ARTIKEL TERKAIT

POPULER

Pilkada Buton, Mandat Golkar Menunggu Hasil Survei Adm 15-05-2024 | 18:45PM