SURUMBA.com - Aspal Buton kembali menjadi tuan di negeri sendiri. Seluruh daerah di Indonesia diharuskan untuk mengutamakan aspal Buton dalam pembangunan dan atau pemeliharaaan jalan menggantikan aspal minyak. Kebijakan Pemerintah Pusat ini dituangkan dalam Peraturan Menteri Dalam Negeri (Permendagri) Nomor 64 Tahun 2020 tentang Pedomon Penyusunan Anggaran Pendapatan Belanja Daerah (APBD) Tahun 2021.
Kembali berjayanya aspal Buton sebagai tuan di negeri sendiri tentu tidak dapat dipisahkan dari upaya dan perjuangan panjang Bupati Buton, La Bakry. Sejak bersama Samsu Umar Abdulu Samiun pada kepemimpinan periode sebelumnya, keduanya terus berupaya meyakinkan pemerintah pusat agar sumber daya alam yang ada di Pulau Buton dapat dimanfaatkan dengan baik.

Upaya dan perjuangan panjang itu sekarang telah berbuah manis. Hanya saja bagi La Bakry, perjuangannya belum selesai sebelum aspal Buton dapat menyumbang devisa untuk Indonesia. La Bakry sekarang terus melebarkan sayap menggenjot aspal Buton agar menjadi komoditas ekspor.
Politisi Golkar ini tidak banyak bicara lagi tentang sejauh mana penggunaan aspal Buton di dalam negeri. Sebab menurutnya, hal itu bukan lagi urusan pemerintah daerah, melainkan menjadi tanggung jawab pemerintah pusat. Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat (PUPR) pada tahun ini menargetkan penggunaan aspal Buton untuk pengaspalan 1.000 kilometer jalan di Indonesia.
“Program pemerintah sudah jalan. Bukan urasan kita lagi, itu Kementerian PU,” ujarnya belum lama ini.

Dalam menggenjot potensi aspal Buton, La Bakry kerap mendatangkan lembaga kementerian untuk melihat langsung kekayaan sumber daya alam Buton.
Teranyar, Wakil Menteri Perdagangan, Dr Jerry Sambuaga bersama Kementerian Desa, Pembangunan Daerah Tertinggal dan Transmigrasi.
Selain mengunjungi tambang aspal Aspal, La Bakry juga mengarak Jerry Sambuaga meninjau pasar induk dan gudang serta kerajinan tradisional khas Buton di Wabula.

Dalam kunjungan itu, Wakil Menteri Perdagangan Jerry Sambuaga melihat aspal Buton berpeluang untuk dijadikan salah satu komoditas ekspor ke depan.
“Kita melihat pertama, ini adalah soal bagaimana kita memanfaatkan produk asli khusus wilayah Buton. Tentunya ini menjadi salah satu potensi untuk ekspor ke depan. Karena kita tahu bersama, Buton itu punya banyak aspal. Dari dulu sampai sekarang tidak ada lagi aspal di Indonesia ini yang demikian produktif kecuali di Buton,” ujar Jerry Sambuaga di area pertambangan PT Wika Bitumen, di Desa Kabungka.

Wamendag mengaku, sejak kecil dirinya telah mengetahui Buton sebagai daerah tambang aspal. Nah dari itu, pemahaman dan orientasi pemerintah saat ini tinggal bagaimana menyortir kekayaan alam yang dijadikan produk potensial untuk produk ekspor.
“Kita masih kecil saja SD, selalu kita tahu, sejarah, geografi. Buton itu pasti aspal. Oleh karena itu, pemahaman kita dan orientasi kita adalah bagaimana kita menyortirisasi kekayaaan alam ini sebagai produk yang potensial untuk yang keluar sebagai produk ekspor. Cumakan masalahnya tadi ada tantangan-tantangan, tentu persaingan dengan produk import,” ujarnya. (man)