Oleh: ABDUL WAHID, S.Pd., M.Pd
Guru SMA Negeri 1 Pasarwajo, Kabupaten Buton
Pandemi covid-19 yang merupakan suatu penyakit yang disebabkan oleh virus yang menyerang sistem pernapasan serta dapat menular melalui kontak fisik dengan orang-orang yang terinfeksi. Sehingga pemerintah Indonesia akhirnya mengampil keputusan berupa anjuran social distancing (pembatasan sosial) ataupun physical distancing (menjaga jarak fisik).
Kebijakan yang diberlakukan tak terkecuali di bidang pendidikan, semua jenjang pendidikan menghentikan proses pembelajaran di tempat, tatap muka secara langsung menjadi bentuk belajar dari rumah. Kebijakan ini terhitung mulai tanggal 16 Maret 2020 sampai dengan sekarang diterapkan pembelajaran moda daring (dalam jaringan) dengan menggunakan jaringan (internet) jarak jauh, dengan bantuan alat perantara seperti gadget, labtop, dan smartphone. Semuanya bertujuan untuk memutus mata rantai covid-19. Hal ini merupakan tindak lanjut dari Surat Edaran No. 4 tahun 2020 dari Menteri Pendidikan dan Kebudayaan yang menganjurkan seluruh kegiatan di instansi pendidikan harus jaga jarak dan seluruh penyampaian akan disampaikan di rumah masing-masing.
Bicara tentang kebijakan pendidikan, Indonesia tidak sendiri. Sampai dengan 1 April 2020, UNESCO mencatat ± 1,5 milyar anak usia sekolah yang terdampak Covid-19 yang tersebar di 188 negara termasuk ± 60 juta di antaranya ada di Negara kita (Dr. Gatot S. dalam Pembelajaran Online di Tengah Pandemi Covid-19, Tantangan yang Mendewasakan).
Memang tahun ini akan terjadi revolusi industri 4.0, dan sangat cocok disandingkan mengingat perkembangan industri ini merupakan era teknologi di mana semua kegiatan-kegiatan yang dilakukan sehari-hari dapat menggunakan basis teknologi atau bisa dikatakan bahwa teknologi adalah bagian yang tak terpisahkan dengan semua kegiatan yang dilakukan saat ini.
Pembelajaran merupakan kegiatan yang dilakukan oleh pendidik dengan tujuan untuk membelajarkan peserta didik. Setiap kegiatan pembelajaran, tentu sangat diharapkan hasil belajar yang optimal. Maka kegiatan pembelajaran harus diawali dengan perencanaan yang memilih, menetapkan, dan mengembangkan metode berdasarkan kondisi pembelajaran yang ada.
Sehubungan dengan kondisi seperti yang dijelaskan sebelumnya, maka saat ini dibutuhkan guru yang kreatif, inovatif, dan cerdas dalam melakukan kegiatan pembelajaran. Guru harus mampu membuat kegiatan pembelajaran secara efektif, tentu guru harus mampu memilih metode pembelajaran sesuai dengan kondisi seperti sekarang ini. Namun kenyataan di lapangan, di masa pandemi seperti sekarang in pada umumnya guru bingung tentang metode apa yang akan digunakan supaya pembelajaran menjadi efektif seperti pada pembelajaran tatap muka langsung.
Beberapa metode pembelajaran yang cocok selama pandemi berdasarkan status daerah masing-masing adalah:
- Project Based Learning
Metode project based learning adalah metode pembelajaran yang di dalamnya terjadi pembentukan kelompok belajar bagi peserta didik. Dalam kelompok belajar tersebut, peserta didik mendapatkan kesempatan untuk lebih bisa berkolaborasi, gotong royong, dan empati dengan sesama.
Menurut Mendikbud, metode project based learning sangat efektif diterapkan untuk para peserta didik dengan membentuk kelompok besar atau kecil dalam mengerjakan projek, eksperimen, dan inovasi. Dengan menerapkan metode pembelajaran ini, tentu harus memperhatikan protokol kesehatan yang berlaku. Metode pembelajaran ini sangat cocok bagi siswa yang pada zona kuning dan hijau. - Daring Method
Untuk menyiasati ketidakkondusifan di masa pandemi ini, metode daring bisa dijadikan salah satu hal yang cukup efektif untuk mengatasinya. Dilansir dari kumparan, Kemendikbud mengungkapkan bahwa metode daring bisa mengatasi permasalahan yang terjadi selama pandemi ini berlangsung.
Metode ini rupanya bisa membuat para peserta didik untuk memanfaatkan fasilitas yang ada di rumah dengan baik. Seperti halnya membuat konten dengan memanfaatkan barang-barang di sekitar rumah maupun mengerjakan seluruh kegiatan belajar melalui sistem online.
Dengan menggunakan metode full daring seperti ini, sistem pembelajaran yang disampaikan akan tetap berlangsung dan seluruh peserta didik tetap berada di rumah masing-masing dalam keadaan aman. Metode daring ini sangat cocok diterapkan di zona merah. - Luring Method
Luring method artinya model pembelajaran yang dilakukan di luar jaringan (offline) atau pembelajaran dilakukan secara tatap muka. Supaya tidak terjadi kerumunan, peserta didik diajar secara bergiliran (shift model). Dikutip dari kumparan, model pembelajaran luring ini disarankan oleh Mendikbud untuk memenuhi penyederhanaan kurikulum selama masa darurat pandemi ini. Metode ini dirancang untuk menyiasati penyampaian kurikulum agar tidak berbelit saat disampaikan kepada peserta didik. Selain ini pembelajaran yang satu ini juga dinilai cukup baik bagi mereka yang kurang memiliki sarana dan prasarana mendukung untuk sistem daring. Metode ini cocok diterapkan pada zona kuning atau hijau. - Blended Learning
Metode blended learning adalah metode yang menggunakan dua pendekatan sekaligus. Dalam artian, metode ini menggunakan sistem daring sekaligus tatap muka melalui video converence. Jadi, meskipun pelajar dan pengajar melakukan pembelajaran jarak jauh, keduanya masih bisa berinteraksi satu sama lain.
Dalam pelaksanaan blended learning ada beberapa hal yang harus diperhatikan oleh pengajar, yaitu aturan main terkait protokol kesehatan, bahasa yang digunakan ketika terjadi pelanggaran protokol kesehatan, social inclusion bagi siswa yang pernah terdampak Covid-19, mekanisme diskusi grup, mekanisme absensi, penggunaan fasilitas bersama, isu penguasaan teknologi yang kurang, dan higienitas fasilitas. Dikutip dari sibatik.kemendikbud.go.id, Yane Henadrita mengungkapkan bahwa metode blended leraning adalah salah satu metode yang dinilai efektif untuk meningkatkan kemampuan kognitif para pelajar. Demikian metode alternatif dalam pembelajaran di tengah pandemic Covid-19,semoga bermanfaat bagi kita semua.