SURUMBA.com - Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) Kabupaten Buton, Sulawesi Tenggara, diklaim menunjukan trend peningkatan selama periode tahun 2017-2019.
Dari Rp3,285 juta tahun 2017, menjadi Rp3,549 tahun 2018. Di tahun 2019 lebih meningkat lagi menjadi Rp3,805 juta. Hal ini menandahkan kemampuan sektor-sektor ekonomi dalam menghasilkan nilai tambah bruto mengalami peningkatan dalam kurun waktu tiga tahun.
Kontribusi ekonomi Kabupaten Buton selama 2017-2019 didominasi sektor pertambangan dan penggalian, kemudian disusul pertanian, kehutanan serta perikanan.
Kontribusi pertambangan dan penggalian dalam PDRB tahun 2019 sebesar 39,80 persen, sementara pertanian, kehutanan dan kelautan sebesar 19,34 persen. Selain ini, sektor lain yang juga mengalami pertumbuhan dari tahun 2018-2019 yakni kontroksi. Dari sebelumnya 6,27 persen menjadi 6,58 persen tahun 2019.
Disamping itu, ada pula sektor perdagangan besar dan eceran, reparasi mobil dan sepeda motor dari 12,42 persen menjadi 12,95 persen tahun 2019. Ditambah lagi dengan jasa pendidikan dari 5,00 persen menjadi 5,15 persen tahun 2019.
Namun kendati pertumbuhan sektoral menjukan trend baik, rata-rata pertumbuhan ekonomi Kabupaten Buton justru mengalami fluktuasi. Dari 4,93 persen tahun 2017, meningkat jadi 5,05 persen tahun 2018. Sementara tiba di tahun 2019 turun menjadi 4,12 persen.
Menurut Bupati Buton, La Bakry, dalam menyampaikan Laporan Keterangan Pertanggung Jawaban (LKPJ) tahun anggaran 2019 di Kantor DPRD Buton, 10 Juli 2020, lambatnya gerakan pertumbuhan ekonomi dipengaruhi oleh faktor eksternal yang mana musim panas berkepanjangan menurunkan hasil produski pertanian. Hanya saja, pengaruhnya terhadap tingkat kesejahteraan masyarakat ditinjau dari aspek penerimaan per kapita per tahun atas dasar harga berlaku (ADHB) maupun harga konstan (ADHK) selama periode 2017-2019 menunjukan kinerja baik. Tahun 2017 mencapai Rp32,71 juta, 2018 naik menjadi Rp34,93 juta, dan terus naik di tahun 2019 sebesar Rp37,90 juta.
Dalam rapat paripurna itu, La Bakry juga melaporkan bahwa pembangunan semua sektor turut diikuti bidang pengembangan Sumber Daya Manusi (SDM). Indikator Indeks Pembangunan Manusia (IPM) tahun 2017 sebesar 64,47, tahun 2018 meningkat menjadi 65,08, dan tahun 2019 meningkat lagi menjadi 65,67.
Naiknya IPM menurut dia, berdampak pada tingkat parstisipasi angkatan kerja. Tahun 2017 mencapai 65,92 persen, meningkat di tahun 2018 sebesar 68,01 persen, dan tahun 2019 mencapai 65,44 persen.
Capaian itu diklaimnya telah menurunkan angka kemiskinan yang mana 13,46 persen tahun 2017, 13,67 persen tahun 2018, dan 2019 mencapai 13,65 persen.
"Penurunan (kemiskinan) ini seiring intervensi kebijakan pada sektor-sektor pemicu kemiskinan," kata Ketua DPD II Golkar Buton. (man)