SURUMBA.com - Pj Bupati Buton, Drs Basiran MSi, diterpa fitnah. Edaran fitnahnya bukan dari mulut ke mulut namun dikemas dalam selebaran.
Selebaran yang telah beredar itu ditulis dengan tinta merah berhuruf kapital. Isinya berbentuk hasutan terhadap kelompok masyarakat, dan membenturkan Pj Bupati Buton dengan Gubernur Sultra.
Seakan yang berbicara dalam selebaran itu adalah Pj Bupati Buton sendiri yang dikutip dari pidatonya. Berikut isi selebarannya:
##HEEI,,, HALOO,,, HALOO ORANG PASARWAJO##
APA YANG KALIAN BANGGAKAN, SAYA INI BUPATI BUTON, KALIAN ORANG PASARWAJO MINTA GUBERNUR GANTI SAYA. HEEI,,, ORANG PASARWAJO, SAYA INI DITUGASKAN OLEH NEGARA. BUKAN ALI MAZI YANG BAWA SAYA DI PASARWAJO. KEMENDAGRI SANA TEMAN-TEMAN SAYA. EMANGNYA GAMPANG GANTI PJ BUPATI. ADOOH.
SAYA INI PJ BUPATI BUTON 2 PERIODE. EMANGNYA KENAPA? KALIAN TIDAK SENANG KAH... SEKDA ASNAWI KALIAN BANGGA-BANGGAKAN ITU TUNGGU p; WAKTU SAJA SAYA PECAT.
SEMUA KEPALA DINAS ORANG PASARWAJO SUDAH TARIK HIDUNGNYA. BERANI MEMBATAH. SAYA KASI NON-JOB. MAU LAWAN. TUNGGU SAJA PERIODE KEDUA, SAYA KASI HANCUR PASARWAJO KALIAN BANGGA-BANGGAKAN INI. MAU APA KALIAN.
INI BASIRAN PJ BUPATI BUTON BUKAN KALENG-KALENG BOS. HA HA HA HA HA
#DIKUTIP DARI PIDATO PJ BUPATI BUTON Drs. BASIRAN, M.Si

Menyikapi selebaran yang beredar, Pj Bupati Buton mengatakan, cara yang digunakan pembuat selebaran merupakan cara-cara PKI. Cara-cara penghianat negeri Butuni (Buton) yang sesungguhnya.
Namun dia menegaskan, mau pakai cara apapun, tidak akan pernah mempan terhadap diri seorang Basiran. Sebab, dia datang menjabat di Buton sudah dalam niatan yang tulus dan ikhlas.
"Mau pake cara apapun, saya datang menjabat di Buton ini dalam niatan tulus dan ikhlas seperti niatan ketulusan dan keikhlasan yang diajarkan nenek moyang saya," ucap Basiran saat membawakan sambutan dalam puncak acara HUT ke 9 Kelurahan Holimombo, Kecamatan Pasarwajo, Minggu (Juli 16, 2023) malam.
Dalam ketulusan dan keikhlasan menjalankan roda pemerintahan, Basiran menyadari bahwa tidak sedikit tantangan yang dihadapi. Apalagi dalam upaya merubah kebiasaan lama yang sudah mendarah daging.
"Merubah kebiasaan yang lama tentu tidak gampang. Apalagi kebiasaan itu sudah mendarah daging. Tetapi kabarakatina Tana Wolio, saya tidak gentar sampai titik darah penghabisan walau langit akan runtuh," tegasnya.
"Selebaran yang disebarkan tadi subuh itu merupakan selebaran yang memecah belah karena isinya adalah fitnah. Tetapi saya hanya tertawa saja karena saya kembalikan kepada Allah semata. Biarlah Allah yang menghukumnya. Kalau tidak dirasakan hari ini, mungkin minggu depan, mungkin bulan depan. Kalau tidak bulan depan, mungkin tahun depan karena yang pasti akan dia rasakan".
"Kalau tidak dirasakan oleh dirinya sendiri, mungkin dirasakan oleh istrinya. Tidak dirasakan oleh istrinya mungkin anak-anaknya. Karena tanah ini adalah tanah barakati. Kabarakatina Tanah Wolio bukan hanya ucapan," imbuhnya. (Adm)